The Old Man and The Sea - Review Buku
Selamat
datang kembali teman-teman semua :D Bahagia deeh kalian datang lagi. Yaah, walaupun
yang mampir ke blog ini hanya saya seorang saja. But, nggak papa lah ya, saya berterima kasih kepada diri saya
sendiri karena selalu setia dengan blog ini.
Kali
ini postingan tentang review buku "The
Old Man and The Sea" karya Ernest Hemingway. Buku yang saya beli, yang
dicetak oleh Percetakan Narasi memiliki jumlah halaman sebanyak 163 halaman. Well, semalam harusnya udah selesai
lhoooh itu :") Tapi saya menyelesaikannya dalam waktu seminggu hehe, dan
selesai tepat pada akhir tahun 31 Desember 2017. Oh ya, ini berarti postingan
pertama pada tahun 2018, wuhuuuuu. Senang deeh bisa setia sama kalian sampai
detik ini.
Okay, back to topic.
Buku ini menceritakan seorang nelayan tua yang bernama Santiago. Lelaki tua
tersebut mendapat julukan salao,
yaitu merupakan bentuk ketidakberuntungan. Ya, Santiago memang tidak beruntung
selama 84 hari itu. Ia tidak pernah medapatkan ikan selama waktu tersebut.
Padahal, ia adalah nelayan yang sangat berpengalaman. Oleh sebab itu, Manolin,
bocah lelaki yang selalu membantunya dilarang orang tuanya untuk berlayar
bersamanya. Ia diharuskan menangkap ikan dengan nelayan lain yang lebih banyak
mendapatkan ikan. Yah, lelaki tua yang malang.
Suatu
hari, dihari ke-85-nya, ia berlayar ke laut tanpa si bocah lelaki. Disinilah
petualangan itu dimulai. Selama berhari-hari berada di tengah laut untuk
menangkap ikan. Lelah dan terluka parah, kelaparan dan kehausan, dingin dan
panas, ia tetap bertahan. Namun, pada akhirnya, apa yang ia dapatkan? Well, bacalah sendiri kisahnya :D
Buku
ini memiliki alur cerita yang menurut saya unik dan tak terduga. Pada awalnya,
saya sangat tidak suka dengan kisah buku tersebut. Bayangkan saja, lelaki tua,
melaut, berhari-hari, dan ia sendirian. C'mon,
man, kalian yang "sendiri" di darat saja sudah merengek-rengek.
Sedangkan, Santiago? Ya, awalnya saya berkata buku ini terlalu fiksi. Namun,
saat ia berhasil dengan apa yang ia inginkan, disinilah hal-hal buruk mulai
terjadi. Saya pikir setelah ia mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan,
dengan usaha yang sangat luar biasa, cerita selesai dan ia akan pulang dengan
bahagia. Tapi tidak, Pak Ernest tidak puas dengan satu keberhasilan. Ia membuat
akhir cerita ini sangat mengejutkan. Alur cerita yang tak terduga. Dan inilah
yang saya sukai.
Walaupun
begitu, saya tidak bisa berimajinasi secara penuh terhadap buku ini. Selain
karena saya tidak pernah melaut sehingga benda-benda imajinasi saya kurang
sempurna, deskripsi yang disampaikan kurang detail, atau bisa saja sayanya yang
kurang paham. I don't know. Tapi,
imajinasi saya tidak bisa bermain disini.
Buku
ini ringan untuk dibaca, bahkan sangat ringan. Sangat nyaman dibaca di waktu
senggang. Dan pesan moral yang terkandung nggak main-main lhooh. "Hidup
adalah perjuangan, dan jangan pernah berhenti hingga maut menjemput".
Jujur, sebenarnya saya salut dengan Santiago.
Itu
saja sih reviewnya, semoga bermanfaat
dan selamat membaca :D Oh ya, satu pesan dari Santiago, "Lelaki tidak
diciptakan untuk kalah".
Comments
Post a Comment