Ulasan Film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta & Rangga) - Patut untuk Ditertawakan, Hah


Telaaat, telat banget baru nonton film ini. Udah basi pula ya kalo mau ngulas film yang dari tahun lalu udah tayang. Ya mau gimana lagi, posisiku waktu itu lagi di rumah, cuy. Di rumah itu agak susah kalo mau jalan, harus ada temen. Bukan apa-apa, aku butuh tebengan, hahaha. Terakhir ngajak, pada nggak minat, yaudah sabar aja. Akhirnya bisa nonton deh di sini.

Setelah nobar Harry Potter and The Sorcerer's Stone di Perpusnas, aku putuskan langsung cus ke bioskop deket-deket situ dan tadaaaa, nonton Milly & Mamet yang sejak dari awal sounding aku udah notice. Selain karena aku emang suka AADC, aku tertarik sama karya-karya Ernest Prakasa. Udah expect nih dengan filmnya, pasti bagus.

Gambar dari google

Film dengan genre drama komedi ini mengisahkan kehidupan rumah tangga Milly (Sissy Pricillia) dan Mamet (Dennis Adhiswara). Mamet yang mempunyai passion di bidang masak harus bekerja sebagai kepala konveksi milik ayah Milly. Mimpi Mamet untuk memiliki sebuah restoran healthy food sedikit demi sedikit terwujud dengan kehadiran sosok sahabat lamanya Alex (Julie Estelle). Ia mengundurkan diri dari konveksi dan memutuskan untuk mengejar mimpinya sebagai chef. Tentu saja, Milly sebagai istrinya setuju karena Milly tau hal itu sangat ingin diwujudkan oleh Mamet dan Milly pun tau bahwa masak adalah hal yang dicintai Mamet. Namun, persetujuannya itu menimbulkan masalah. Apa itu? Makanya nonton :D

Seperti biasa, kita akan bicara tentang ekspektasiku untuk film ini. Melihat film-film Ernest sebelumnya, aku berharap banyak bakal ada drama dan pesan yang ngena di hati. Apalagi setelah nonton film Cek Toko Sebelah yang menurutku sangat sukses dalam mengolah perasaan. Aku pikir di film ini bakalan lebih drama lagi dari film-film sebelumnya. Dan aku tidak terlalu berharap dari segi komedinya karena memang di film sebelumnya pun tidak terlalu pecah. Lucu, ya lucu aja gitu, lucunya biasa. Nah ternyata, di film Milly & Mamet komedinya keren banget. Nggak bisa dibilang lucu aja, tapi apik, cantik dan cerdas. Komedi di film ini nggak hanya sebagai tempelan tetapi masuk dalam cerita. Lucunya tuh nggak maksa. Keren. Walaupun terkadang beberapa jokes mudah ditebak dan ternyata memang adegannya seperti yang ditebak tetapi pengemasan komedinya lebih keren dari tebakannya. Asik dah pokoknya.

Untuk alur cerita aku pikir cukup relate di zaman-zaman sekarang ini. Keputusan seorang wanita yang harus di rumah atau bekerja di luar rumah. Di rumah itu emang bagus tetapi nggak bakal bisa mengelak kalo kadang bisa bosen juga di rumah. Jadi, harus punya kegiatan. Oh ya, karena di awal film sudah ditunjukkan kalau Milly punya pacar, aku pikir ceritanya bakal mengisahkan perjuangan Mamet untuk mendapatkan Milly. Ternyata enggak, haha. Saat ada foto-foto muncul yang sebenarnya itu adalah saat-saat Milly & Mamet jadian, kupikir filmnya udah bubar, bentuknya udah kayak credit tittle gitu, haha. Sempet terlintas di pikiran, "Apaan nih, film cuman 10 menit". Alhamdulillah, pikiranku salah, haha. Sayang, kan, 35k buat nonton film durasi 10 menit :v

Untuk penokohan alias aktor, asik sih, keren. Nempel gitu karakternya sama mereka. Semuanya keren apalagi Isyana Sarasvati, keren banget di film ini cuuuy, asik banget karakter dia, haha.

Soal Pesan? Yang kutangkep sih, pertama, boleh-boleh saja mengejar mimpi, tapi tetap dengan cara yang jujur. Tidak dengan menghalalkan berbagai cara agar mimpi itu terwujud. Kedua, segala masalah itu didiskusikan, pasti ada jalan keluarnya. Ketiga, tentu saja, tak ketinggalan pesan yang selalu menempel di tiap film Koh Ernest, keluarga adalah nomor satu. Harta yang paling berharga adalah keluarga, kan? Wkwkw.

Jadi, kenapa film ini patut ditertawakan? Karena lucu, haha.


Ulasan yang nggak banget, kan ya?? Who cares, nobody read this, haha. Peace, cuuuy.
Sekian, tinggalkan jejak.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku

Mengulas Buku Dzawin : Santri Jahil Iyah - Konsistensi dalam Komedi