Ulasan Film Bohemian Rhapsody, Merinding


Ho ho ho, akhirnya punya materi juga. Setelah sekian lama bingung mau nulis apa karena secara teknis bulan ini saya nganggur :") Kan ya nggak mungkin tho kalau saya cerita pengalaman nganggur saya hehe. Eh tapi boleh juga sih ya dijadikan materi wkwk. Sayangnya, kali ini saya akan mengulas film yang baru saya tonton. Memang agak telat sih kalau ngulas film ini. But, who cares? This is my blog, dude.

Ah, sebelumnya saya akan minta maaf dulu kepada teman-teman sekalian karena saya sok-sokan mengulas film ini yang mana, jujur, saya nggak terlalu ngerti soal "Queen". Karena saya nggak terlalu paham soal Queen, mungkin ada beberapa yang kurang tepat dalam ulasan saya. Jadi, saya minta maaf dulu yaa. Saya nonton hanya karena saya suka sama lagu "Bohemian Rhapsody" :D. So, di sini saya akan mengulas dengan sudut pandang sebagai orang awam yang nggak ngerti apa-apa, kita menyebutnya "muggle".

Gambar dari google

Film ini menceritakan perjalanan grup band rock yang bernama Queen. Akan menjadi keuntungan yang sangat besar bagi kalian  penggemar band rock dari UK ini. Karena kalian akan sangat menikmati suguhan lagu-lagu yang diputar di setiap momennya. Kalian nggak akan berhenti menggerakkan kaki dan tangan kalian sesuai tempo musiknya. Eiits, walaupun banyak musik yang dimainkan, ini bukan film drama musikal lhooh.

Selain bisa menikmati musik-musiknya, keuntungan lain adalah kalian akan dapat feel dari film ini. Why? Ya karena kalian ngerti mereka. Lantas, bagaimana dengan saya yang seorang awam ini tadi nonton? Saya mengutip kata dari teman saya, "Dapat alurnya". Setuju, saya dapat alur dari ceritanya, tapi kurang dapat akan feel-nya. Paham, kan? :"v Let me explain, saya bisa ikutin alurnya, dari pertama bikin band kemudian ada beberapa konflik dan drama. Kalau ada adegan bahagia, saya juga ikut bahagia, waktu sedih ya saya ikut sedih, tapi nggak dapet feel-nya. Feel yang saya maksud adalah sayatan ke hatinya itu lhoh, nggak sampai dalam. "Sebahagia apa sih mereka, sesakit apa sih mereka" karena saya nggak terlalu paham mereka. Well, mungkin kalian ada yang setuju atau nggak setuju sih. Tapi itu yang saya rasakan. Kalau kalian penggemar band ini, kuyakin pasti dapat banget feel-nya. Kayak mbak-mbak yang disebalahku yang benar-benar bisa menikmati musik dan konfliknya. Iri aku, sumpah. Harusnya aku tau dulu soal Queen baru nonton biar dapet feel-nya. Tapi tetap bisa ditonton kok oleh muggle, sans.

Lalu, yang bikin merinding adalah crowd-nya itu lhooooh, antusiasme para penonton yang hmmm di setiap adegan konsernya. Saya hanya bisa bilang "Wow". Kalian ngerti kan rasanya nonton konser terus ada saat dimana band/penyanyi itu diam dan penonton dikasih bagian buat nyanyi bareng. Wuuuh, bener-bener merinding. Dan masalahnya adalah lumayan banyak adegan konser-konser mereka. Gimana nggak merinding coba?

Sayangnya sih, ada yang diluar ekspektasi saya. Saya kira film ini akan menceritakan penderitaan "Queen" dari nothing ke something, dari yang bukan siapa-siapa menjadi luar biasa. Yang kumaksud penderitaan disini itu secara harfiah yang benar-benar menderita banget. Semacam drama-drama yang penderitaan perjuangannya sampai menyayat hati. Mmm seperti film "The Pursuit of happynnes"-nya Will Smith. Nah, semacam itu. Sakit, kan itu? Ternyata enggak, bung. Penasaran? Tontonlah sendiri, malas cerita saya hehe.

Oh, kalian pasti akan suka adegan pembuatan lagu "Bohemian Rhapsody". Uuuh, nano-nano rasanya. I love it, really love it. Dan jangan lupakan konser Live Aid. Bah! Rock, man. Disini hanya merinding yang bisa saya rasakan.

Nah, yang bikin saya kurang srek sih, selain karena kurangya penderitaan (mungkin karena saya nonton sebagai muggle), juga karena konfliknya kelamaan. Rasanya tadi filmnya semacam, "kok lama ya, mana nih konfliknya", itu film cukup lama relativitas waktunya. If u know what i mean. Beda dari ketika saya nonton "Mission Impossible" yang terasa cepat, karena emang alurnya cepat.

Last, kita harus apresiasi sama tata rias dan tata letak instrumen saat konser. Saya baca di salah satu ulasan, para pemainnya itu benar-benar bisa mirip dengan yang asli (apalagi Brian, mirip banget sih itu menurut saya). Dan juga tata letak posisi pemain dan instrumen ketika konser Live Aid itu mirip dengan aslinya. Yah, walaupun saya belum nonton yang asli hehe. Itu kan menurut ulasan sebelah, ya nggak?

Mungkin itu yang bisa saya ulas mengenai film "Bohemian Rhapsody" yang akhirnya bisa saya tonton juga. Hmm, tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman saya tadi yang sudah mau nebengin saya. wehee, ada untungnya juga ngajak teman hehehe.

Terakhir, nggak nyesel sih nonton ini.

Comments

Popular posts from this blog

Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku

Mengulas Buku Dzawin : Santri Jahil Iyah - Konsistensi dalam Komedi

Ulasan Film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta & Rangga) - Patut untuk Ditertawakan, Hah