Ulasan Dua Garis Biru


Hola, kembali lagi bersama aku. Sudah lama ya kita tidak bersua, aku yakin kalian tidak merindukanku. Mungkin kedepannya aku akan selalu sambat kepada kalian tentang rasa malasku yang tiap hari melanda. Yah, beginilah aku sekarang dan inilah tulisanku hari ini.

Hasil gambar untuk dua garis biru

Aku akan mengulas film “Dua Garis Biru” yang sudah lama aku tunggu. Bagaimana tidak? Teaser muncul sekitar 2 atau 3 bulan sebelumnya, trailer muncul satu bulan sebelum rilis, jadilah aku dibuat penasaran. Akhirnya 11 Juli tiba, dan tadaaaa, aku nonton di hari pertama tayang, yang mana itu bukanlah hari pilihanku kalau nonton, karena rame bangeeet,

Dua Garis Biru merupakan film yang disutradarai Gina S. Noer yang diperankan oleh Angga Aldi Yunanda sebagai Bima dan Adhisty Zara sebagai Dara. Bima dan Dara merupakan dua sejoli yang tengah menikmati masa-masa cintanya di akhir tahun SMA. Dara merupakan anak yang pintar dan hidupnya sangat terencana. Bima anak yang baik dan bertanggungjawab. Suatu hari mereka melakukan hal yang diluar batas. Setelah hal itu terjadi mereka harus menerima segala konsekuensi, mulai dari kekecewaan orang tua, gunjingan sosial, hingga hancurnya masa depan.

Dari trailer yang ditayangkan aku pikir akan bercerita mulai dari awal banget mereka pacaran, menayangkan separuh film itu untuk masa-masa saat mereka pacaran, lalu konflik berada di tengah film dimulai dengan adegan di luar batas itu. Kemudian emosi memuncak dengan adegan kekecewaan dan kemarahan orang tua mereka. Namun, pada akhirnya keluarga mereka memaafkan dan mencoba membuka lembaran baru. Di akhir cerita mereka hidup bahagia selamanya.

Ternyata, diluar dugaan. Cerita diawali langsung ke adegan di luar batas. Aku langsung berpikir, kok cepet banget, nggak menampilkan masa-masa mereka pacaran dulu, kecepetan ini. Eh, ternyata fokus film ini benar-benar pada konsekuensi dari perbuatan itu. Seperti pada kehidupan nyata, mereka awalnya memilih jalan pintas untuk menggugurkan bayinya. Namun, tentu saja hal itu tidak bisa Dara lakukan. Mereka mencoba menyembunyikan kehamilan Dara. Sebaik apapun disembunyikan pasti akan nampak juga. Akhirnya orang tua Bima dan Dara mengetahui yang mereka sembunyikan. Adegan mulai panas, dan emosi jiwa mulai dikuras.

Sumpah, scene ini keren banget. Nggak hanya secara emosi yang memuncak, namun juga timing dari setiap adegan sangat cantik sehingga suasana menjadi tambah panas. Bener-bener dapet emosinya, kemarahan dan kekecewaan orang tua sangat bisa dirasakan. Panas banget. Keren pokoknya. Kemudian, diceritakan bagaimana kedua keluarga ini menghadapi akibat dari perbuatan anak-anaknya. Dimana mereka punya ideology dan latar belakang yang sedikit berbeda membuat masalah lain muncul. Namun, pada akhirnya mereka menemukan cara yang lebih baik.

Yap, itu kiranya cerita dari film itu. Gilak keren sih, dari alur yang menurutku diluar prediksiku. Aktor-aktornya sangat emosional dan menjiwai banget karakternya. Dan satu lagi kukagumi, akting para figuran yang sangat meyakinkan, terutama adegan awal di kelas. Itu seperti bukan terlihat akting, tapi emang itu ada gitu. Apalagi akting Cut Mini sebagai Ibu Bima, patut kuapresiasi. Jokes-jokes-nya bagus, tepat, timingnya bagus, jadi kita bisa ketawa lepas dan ikhlas.

Sangat edukatif, karena ini bukan menceritakan anak yang salah gaul tapi soal konsekuensi kalo seorang anak itu salah gaul.

Btw, udah ya, aku males banget ngedit hehe. See ya.

Comments

Popular posts from this blog

Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku

Mengulas Buku Dzawin : Santri Jahil Iyah - Konsistensi dalam Komedi

Ulasan Film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta & Rangga) - Patut untuk Ditertawakan, Hah