99 Nama Cinta - Bicara Takdir


Halo gaes, langsung sajalah tanpa basa basi. Kali ini kita akan mengulas film “99 Nama Cinta”.
Sumber : Google

Film “99 Nama Cinta” berkisah tentang kehidupan Talia yang berprofesi sebagai presenter juga produser di sebuah acara gosip. Talia merupakan seseorang yang cukup ambisius dan dia melakukan berbagai cara untuk mencapai mimpinya, bahkan tanpa disadari ia telah menyakiti orang lain. Kehidupannya mulai berubah ketika Kiblat, teman masa kecilnya, datang untuk melaksanakan wasiat sang ayah yaitu mengajari Talia mengaji. Tentu tak mudah bagi Kiblat untuk melaksanakan amanah tersebut, ditambah penolakan Talia yang cukup menyusahkannya. Untungnya, takdir bekerja dengan caranya sendiri.

Aku sudah dibuat kagum dengan akting Acha Septriasa di awal film saat ia memerankan tokoh Talia yang menjadi presenter handal. Acha membawakannya dengan sangat baik dan kerennya dialog-dialognya sangat tajam. Film semakin menarik karena mengisahkan cerita dengan latar belakang “kejamnya” persaingan di dunia pertelivisian, yang tentu saja tidak dikemas dengan cara yang berlebihan. Film semakin keren dengan sikap dan karakter Kiblat yang diperankan oleh Deva Mahenra yang menurutku sangat mengusai perannya. Jujur, semua yang ia lakukan terutama perhatiannya terhadap Talia, hmmm, bikin baper, hehe. Selanjutnya, mari kita apresiasi komedi ala Dzawin Nur yang berperan sebagai Ustaz Bambu. Komedinya berhasil kok, Bang, lucu. Mungkin karena Dzawin seorang komedian jadi saat ia muncul di frame penonton sudah bisa merasakan humornya, bahkan sebelum ia melontarkan komedinya. Yah, sedikit memberikan keuntungan bagi dia. Alur cerita tidak membosankan, cukup menarik dan mengejutkan bagi aku. Bagaimana hiruk pikuk kehidupan di dunia pertelevisian membuat kisah ini menjadi tidak terduga.

Kurangnya dari film ini adalah beberapa adegan ada yang dipaksakan. Misal saat Kyai, ayah Kiblat, memberikan nasihat kepada Kiblat. Aku nggak tau kenapa harus menggunakan para santri yang diminta Kyai untuk memainkan bola api, dan banyak slowmotion di sana. Maksudku, kenapa harus main bola api untuk menciptakan dramanya. Pun beberapa adegan lain cukup memaksa. Tapi, itu tidak menutup keindahan cerita dari film ini. Tak luput, nilai-nilai yang didapat dari film ini cukup banyak dan sangat bermanfaat.

Satu lagi, mau sharing aja, ternyata nonton tanpa bawa ekspektasi itu jauh lebih bisa menilai sebuah film secara objektif. Jujur, di sini aku cuman mo nonton Dzawin doang, eh ternyata, bagus juga film ini.

p.s. : Untuk Bang Dzawin kalau nggak sengaja baca ini, jujur, komedi anda sangat lucu, Bang. Jokes tentang “payung” juga tentang “orang lain juga sedang berdoa”, patah. Nggak bisa berkata-kata lagi aku.

Comments

Popular posts from this blog

Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku

Mengulas Buku Dzawin : Santri Jahil Iyah - Konsistensi dalam Komedi

Ulasan Film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta & Rangga) - Patut untuk Ditertawakan, Hah