Harta. Tahta, Dinamika Bahasa
“Bro, brgkt jamber?”
“Serah, ngikut aja”
“Ini bagus nggak?”
“B aja”
Sering membaca atau mendengar kata-kata singkat seperti itu? Sadar atau tidak, bahasa mengalami dinamika atau perubahan dari masa ke masa. Salah satu bentuk perubahan bahasa adalah abreviasi atau proses pemendekan kata. Sebagai makhluk sosial, bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi untuk saling berinteraksi. Dinamika bahasa dapat kita lihat dari perkembangan ejaan yang terus berubah mulai dari Ejaan van Ophuysen (1901-1947) yang salah satunya bercirikan penggunaan “oe” untuk menuliskan bunyi “u”, misal pada kata “doeloe” dan “akoe” hingga pada akhirnya yang saat ini digunakan yakni Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Bahasa yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari tak luput dari dinamika, terlebih di zaman sekarang ini yang serba cepat sehingga dibutuhkan bahasa yang singkat untuk mempermudah komunikasi. Sebagai contoh dalam sebuah percakapan teks singkat melalui media whatsapp, pada umumnya kalimat dituliskan dengan menyingkat kata atau menghilangkan huruf vokal seperti “brgkt jamber?” untuk memendekkan kata “berangkat jam berapa?” dan “7 pg” untuk memendekkan kata “tujuh pagi”.
Dalam bahasa Indonesia fenomena ini disebut dengan abreviasi yakni salah satu bentuk proses pembentukan kata (morfologi) dengan menghilangkan satu atau beberapa bagian dari sebuah kata atau kelompok kata sehingga membentuk kata baru. Bukan tanpa tujuan, pemendekan tersebut memang sengaja dibuat untuk mempersingkat komunikasi tulis. Abreviasi juga sering digunakan di ranah instansi pemerintah, TNI/POLRI, atau juga partai politik. Abreviasi sengaja dibentuk agar didengar lebih menarik, mudah diingat dan efektif sebagai contoh iklan kampanye banyak menggunakan singkatan-singkatan yang mudah diingat untuk menarik perhatian.
Salah satu fenomena abreviasi yang dapat kita rasakan salah satunya adalah kata “saja”. Kata tersebut kemudian mengalami pemendekan menjadi “aja” hingga akhirnya menjadi “ja” saja, seperti pada kalimat “makan ja lah” dan “pergi aja”. Menarik bukan bagaimana sebuah kata mengalami pemendekan? Kita cukup menuliskan berapa huruf atau cukup membunyikan satu atau dua suku kata saja dari kata yang lebih panjang. Tidak hanya sebuah kata yang mengalami pemendekan, bahkan sebuah padanan kata pun juga dapat mengalami hal yang sama. Masih menggunakan kata “saja”, pada padanan kata “biasa saja” dan “bisa saja” mengalami perubahan yang sekarang lebih sering kita dengar sebagai “b aja” dan “sa ae”.
Tanpa kita sadari, abreviasi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak bisa dihindari karena memang sudah menjadi sifat bahasa itu sendiri yang terus mengalami perubahan. Justru hal tersebut dapat memperkaya kosakata bahasa Indonesia yang dapat menambah atau menggantikan sebuah kata.
Jakarta, 06 Januari 2022
Comments
Post a Comment