Apa Kabar Cinta?

Surya mulai ditelan senja, dan sakit itu tiada tara rasanya. Aku menginjak pecahan-pecahan kaca masa lalu.  Setiap suara yang ada memekik di telinga. Aku buta, aku terus menginjak pecahan-pecahan itu tak dapat menghindar. Mata ini menahan perih, mulut ini menahan tangis, kaki ini tak boleh henti. Aku harus tetap maju. Sesaat aku berhenti dan memejamkan mata menahan kepedihan akan kenangan masa lalu, hingga muncul gemerlap cahaya. Aku menyesal telah membuka mata dan menatap nanar kegelapan. Namun, sekali lagi, aku harus tetap maju.

Aku rindu padamu. Maaf, gelas yang penuh dengan anggur cintamu telah terbelah pecah hingga menusuk relung hati. Aku yang ceroboh, dengan sengaja membuang gelas itu dan menumpahkan isinya di hadapanmu. Semua yang aku lakukan adalah karena hasrat kebencian akan kebosanan. Bosan dengan gelas dan anggur yang sama. Saat itu aku tidak tahu, bahwa aku akan selalu membutuhkan gelas dan anggur itu. Aku tidak dapat menghilangkan dahaga. Dan sekarang engkau ukir gelas baru dan mengisinya dengan anggur yang lebih sedap, bukan untukku, namun untuk karibku. Sungguh dusta aku, bila menganggap itu tiada suatu maksud darimu. 

Sekarang engkau telah lihat aku bagai pemuda dengan ganja. Kering tanpa kasih yang tergila-gila dengan kasih. Tidak, aku lebih sakit dari itu, aku lebih rapuh dari pemuda itu. Sekarang kau tahu keadaanku, lalu apa yang akan engkau perbuat? Dan aku melihatmu telah hilang dari peradaban dunia. Alamku telah hancur. Bukan salahmu, aku yang dengan sengaja mengubah arah orbit tata surya, dan menghancurkan segala yang ada.

Dan sekarang, sudikah engkau menjulurkan tangan untuk menata kembali alamku? Lakukanlah, atas nama cinta, bukan iba, aku memohon kepadamu. Ajari aku mengukir gelas anggur yang telah aku jatuhkan dari langit, rekatkan kembali dengan tanganmu. Aku rapuh, dan bersimpuh memohon kepadamu.




Yang rapuh,


Syafina Dewi

Comments

Popular posts from this blog

Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku

Mengulas Buku Dzawin : Santri Jahil Iyah - Konsistensi dalam Komedi

Ulasan Film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta & Rangga) - Patut untuk Ditertawakan, Hah