Menunggu


        Waw, sudah lama sekali tidak posting tulisan. Dan karena tadi tiba-tiba dapet inspirasi waktu nunggu hujan reda di kantin sekolah ditemani secangkir kopi, dan aku benar-benar sedang menunggu. Well, here we go, sedikit curhat siih, tapi ya sudahlah, ini kan blog ku :p


Menunggu

        Hujan, aku menunggu seseorang untuk datang. Ditemani secangkir kopi di kantin sekolah. Hari ini adalah hari pertama ujian kenaikan kelas, dan sudah usai 30 menit yang lalu. Aku masih menunggu ditemani secangkir kopi dan suasanya hujan. Sebenarnya aku yakin dia tidak akan datang, tapi setidaknya aku mencoba. Menunggu itu mencoba bukan? Kopiku tinggal separo gelas, buku yang kubaca sudah hampir tiba pada bagian akhir. Kalau kopiku habis dan bukuku telah selesai kubaca, aku harus ngapain lagi?


         Lalu tiba-tiba ada sesorang yang datang. Wow, itu dia. Bersikaplah sewajarnya, kataku dalam hati, tersadar akan mulutku yang menganga. Aku mengenal dia, dia mengenal aku. Bagaimana kami tidak saling kenal? Kami kan satu kelas. Setidaknya itu berita baik. Kemudian dia melihatku, “Oh bagaimana ini?” “Tersenyumlah”. Lalu aku tersenyum, hanya sesimpul senyum karena aku belum bisa melemaskan otot-otot pipiku yang tiba-tiba membeku saat ia datang. Dan bisa kalian tebak, dia membalas senyumku dengan anggukan dan senyum kecilnya.


        “Bu, mi goreng satu ya.” Dijawab dengan anggukan semangat oleh ibu kantin. Dia sedang memesan makanan, dan aku masih melihat dia, punggung dia maksudku, dan kopiku masih separo gelas. Lalu dia berbalik, aku cepat membuang muka. Ia berjalan, memutuskan duduk ….. didepanku. Deg. Bernapas. Tersadar aku berhenti bernapas. “Hai”, sapanya. “Haloo”, ugh kurasa aku membuat senyum yang aneh. Kemudian ia mengeluarkan handphonenya, bermain sebentar hingga kemudian mi pesanannya sudah jadi. “Ini minya, Dek”. “Makasih, Bu.” Dengan santai ia memakan minya, sedikit demi sedikit, pelan tapi pasti. “Kok gak pesen minum?” Aih kenapa itu sih yang keluar dari mulutku. “Oh aku bawa minum.” “Hmmmm”, lalu aku minum kopiku, hingga tinggal seperempat gelas. “Kamu suka minum kopi kah?” “Hah?” “Hmmm, suka minum kopi? Kulihat kamu selalu minum kopi.” Keningku berkerut bingung, sebagai jawaban. Maksudku kok tau? Seakan ia tahu apa yang aku pikirkan lalu dia jawab, “Iya, kamu sering minum kopi kan? Aku sering lihat kamu di kantin dan selalu pesen kopi, apapun makanannya.” Jadi selama ini aku diperhatiin, wooow. Bernapas. “Eeeeeh, dikit, dirumah enggak boleh minum kopi, jadi aku curi-curi minum kopi di sekolah, hehe.” “Oh.”


        Lalu kami hanya diam, iya diam. Dia asyik dengan minya, dan aku asyik dengan kopiku yang tak kuminum karena aku sedang asyik melihat dia makan. Senyumku tersempul. Setelah dia selesai makan, dan seketika melihatku, aku langsung menunduk. Aduh ketauan deh aku ngeliatin dia. “Kopinya gak dihabisin?” “Hah? Oh, iya.” Dengan secepat kilat aku habiskan kopiku. “Sudah”, kupasang senyum lebarku. “Hahaha kok kamu lucu.” “Hah?”, dia menggeleng sambil tertawa kecil, “Hah, lagi. Mau pulang kan? Ke parkiran sepeda dulu? Aku juga mau kesana, mau bareng?” Aku ngangguk. Duuuh senengnya. Aku bangkit dari kursi lalu ……. bug, awwwww.


        “Heh, kamu tuh ya, dicariin, ternyata disini, melamun lagi.” "Sakit Cara.” “Habisnya kamu sih, dicariin, aku misscall hp kamu, gak dijawab-jawab, hih bikin rambutku tambah kriting tau gak, bla bla bla.” Saat Cara ngomong aku cuman clingak clinguk, cariin dia pergi yang entah pergi kemna. “Heh kamu tuh dengerin aku gak sih?” “Ehh, maaf.” “Kamu, iiih, untung ya kamu temen aku, coba kalau enggak, udah jadi tongseng kamu”, ucapnya sebal. “Hmmm iya, maaf maaf, mau pulang?” “Enggak, aku mau makan dulu, gara-gara nyari kamu aku jadi kelaperan. Bu mi goreng satu ya.” “Iya, Dek.”


         Ku hembuskan napas dan memangku dagu. Oh jadi tadi itu cuman ….. 


         Itu dia cerita yang enggak sengaja nyangkut di otakku, niatnya mau dibikin bersambung, so, stay tune aja yeeee :D See you.


*p.s : setting tempat, suasana dan waktu nyata :')

Comments

Popular posts from this blog

Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku

Mengulas Buku Dzawin : Santri Jahil Iyah - Konsistensi dalam Komedi

Ulasan Film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta & Rangga) - Patut untuk Ditertawakan, Hah