Sometimes, You Need to Judge "Book(s)" from The “Cover”
Azeeek,
judul udah pake bahasa Inggris aja niiih :v Biasa aja kan ya??? Yeah, nothing special on me :D Btw, masa-masa ujian niiih, genks, I don’t really care, eheee. Bukan nggak peduli juga siih, tapi
pura-pura tidak peduli :’) Well,
mungkin tulisan ini agak hmmmm kayak biasanya, karena ini semacam menyalahi quotes yang telah biasa kita dengar.
Okay,
let’s get started with quotes that we don’t
judge book from the cover, “Kita jangan menilai buku dari luarnya saja”. Well, sometimes, You need to. Kalau kita
membeli buku baru, mana bisa kita lihat isinya? Pasti tersegel kan? Kalaupun ada
contoh yang terbuka, nggak mungkin dong kalian menghabiskan waktu selama
berjam-jam terlebih dahulu di toko buku untuk tahu isinya. Yang pasti pertama
kita lihat apa? Judul, cover, sinopsis,
and the last important, author. I am not talking about cover is the picture
that covering the book(s), but I am talking about our first impression about
that book(s). Sampai sini kalian setuju, guys?
Ingat,
kita bukan bicara tentang cover buku,
tapi pandangan pertama kita tentang buku. Kalau saya membeli buku, yang pertama
saya lihat adalah, judul. Semakin misterius suatu judul, pasti akan menarik
untuk dibaca. Kedua, sinopsis, kalau penulis pandai membuat sepotong cerita di
bagian belakang buku, ini akan sangat menguntungkan bagi sang penulis. Ketiga,
penulis. Well, ini emang sih, kadang
menjadi hal pertama yang harus dilihat, tapi tidak untuk setiap buku juga. Terakhir,
cover? Secara teknis, cover memperindah buku itu.
Okay,
mari kita bicara bagian penting dari postingan ini. Kadang, kita harus nilai
orang dari cover-nya. Once again, remember, cover = first impression.
Misalkan
saja niih, kita baru bertemu dengan seseorang untuk pertama kalinya. Pasti kita
bakal tertarik ngobrol dengan orang yang berpakaian rapi daripada orang yang
pakaiannya gak jelas. Kita akan bertanya suatu alamat kepada seseorang yang
berpakaian rapi daripada kepada orang dengan pakaian nggak jelas. Di otak kita
pasti sudah ter-mindset bahwa mereka yang berpakaian tak wajar hidupnya pun juga
tak wajar. Judge people from the cover? Yes.
Jika
tidak mengenal sesorang, kita akan lebih tertarik memandang orang yang good looking daripada yang biasa aja. Judge from the cover? Yes. Last, lets talking
about interview. Kalau kita interview,
we don’t know each other, right? Lalu, apa yang dilihat dari sang
pewawancara kepada kita? First impression.
Bagaimana kita berpakaian, bagaimana kita menjawab segala pertanyaan, bagaimana
kita percaya akan diri kita, dan lain sebagainya. First impression.
Akan
saya ceritakan, kenapa saya pilih topik ini untuk dibahas. Saya telah melalui
berbagai wawancara open recruitment beberapa
kepanitiaan. Well, baru 3 kali siih, ehehe. And
finally, yang ketiga saya diizinkan untuk masuk dalam sebuah kepanitiaan.
Saya tidak akan bahas tentang proses wawancaranya, tapi, yang akan saya bahas
adalah wawancara itu sendiri.
Bukankah
wawancara itu judge people from the cover?
Yang mewawancarai kenal kita nggak? Nggak. Saya, kita, yang diwawancarai, kenal
mereka?? Nope. Lalu bagaimana sang
pewawancara tahu bahwa kita layak untuk masuk dalam sebuah kelompok? Yup, seperti yang saya sebutkan di atas,
first impression. Bukankah itu judge book from the cover? Kita sama-sama
tidak kenal, pewanwancara nggak mengenal saya, saya nggak mengenal pewawancara.
Tapi, dari percakapan pertama itulah yang dapat menarik suatu perhatian.
Pewawancara yakin akan kemampuan kita untuk masuk dalam suatu kelompok itu, bahwa
kita masuk dalam standar mereka, because
of what? First impression kita yang menarik.
Jadi,
jangan terlalu meremehkan first impression yaaa. Tapi, yaaah, jangan telan
mentah-mentah pula tulisan ini. Tahulah batasan kita menilai sampai mana, tahulah
postingan ini digunakan pada saat yang seperti apa.
Kalau
soal pilih teman, pilih sahabat, naah, barulah first impression tetap penting pula. Tapi kalau kalian sahabatan
sama orang, penampilan kalian nggak akan dipedulikan. Asalkan kita nyaman :D
ehehe.
Sekali
lagi, cover = first impression.
So,
masih mikir don’t judge book(s) from the cover?
Tidak setuju? Tinggalkan jejak lah!
Comments
Post a Comment