17 Tahun Yang Lalu

Baca dulu part 1 nya yooow

BAB 2

Buku yang paling kecil dan paling tipis menarik perhatianku. Membuka halaman pertama saja sudah membuatku tersenyum nggak jelas. Bagaimana tidak? Coretan pada halaman pertama, sungguh memalukan. Jangan tanya isi buku itu, bahasanya, ya Tuhan, seburuk itukah?

Aku ingat buku itu. Buku kecil dengan warna terang, sangat mencolok, dan sedikit kekanak-kanakan. Buku itu adalah hadiah dari ibu saat ulang tahunku yang ke 11. Awalnya aku bingung, kenapa ibu memberiku buku itu. Pada ulang tahun sebelum-sebelumnya aku tidak pernah mendapat sebuah buku. Bahkan, ayahku yang biasanya juga memberiku hadiah , tidak memberikan hadiahnya tahun ini.

“Buku?”, tanyaku kepada ibu setelah membuka bungkus kado.
“Iya, buku.”
“Untuk apa? Aku sudah memiliki banyak buku, lagi pula buku ini tidak bisa digunakan untuk sekolah, ini terlalu kecil untuk menulis materi sekolah yang sangat banyak.”
“Buku ini bukan untuk sekolah, Nak, ini untuk hal lain. Kau tahu, tidak semua hal bisa kau utarakan dengan baik. Terkadang dengan cara lain kau bisa mengutarakan semua keluh kesah atau keinginanmu, salah satunya dengan menulis, Sayang.”
“Tapi, aku selalu mengutarakan semua keinginanku kepada Ibu dan Ayah. Ataupun semua kekesalanku. Kenapa aku harus menulisnya di buku? Lagi pula buku ini tidak bisa memberikan semua keinginanku”
“Kau akan tahu manfaat buku ini, menulislah.”

Itu kisah 7 tahun lalu, masih segar diingatanku. Sekarang aku memang tahu, apa manfaat buku ini. Pertama kalinya aku hanya menulis namaku dan tanggal lahirku, dan memeritahu buku itu, bahwa hari ini aku ulang tahun.

Halo, namaku Puspa Kusuma Puspita Sari, aku lahir pada tanggal 21 September 1999, dan hari ini ulang tahunku yang ke-11.

Hanya itu yang tertulis di halaman pertama. Lucu sekali, aku harus menyapa buku itu dan mengapa pula aku harus mengenalkan diriku. Aneh.

Setelah perkenalan konyol dengan buku itu, aku mulai terbiasa dengan menulis semua keinginan dan keluh kesah di buku itu. Lihat saja, tidak sampai satu minggu aku sudah mulai menulis kembali.

Lima hari yang lalu, ibu memberiku buku ini.  Katanya buku ini untuk menulis semua keinginanku, lalu aku harus menulis apa? Kalaupun aku bilang aku ingin sebuah boneka beruang yang lucu, apa kamu bisa memberikanku boneka itu? Kurasa tidak. Sebenarnya tahun ini aku ingin sekali punya boneka beruang itu, dan aku harap ibu memberiku hadiah boneka itu pada ulang tahunku yang ke-11. Tapi, ibu hanya memberiku buku ini. Menyebalkan. Bahkan ayah, ia tidak memberiku hadiah apapun. Ulang tahun terkonyol selama 11 tahun ini

Setelah itu, aku paham manfaat buku itu. Memang benar, tidak semua keinginan dan keluh kesah bisa aku tuangkan kepada mereka. Selang dua hari, selepas makan malam, saat aku bersiap untuk tidur, ada sebuah boneka beruang di atas ranjangku. Aku berteriak kegirangan hingga membuat ibuku panik. Dengan segera ayah dan ibu datang, melihat apa yang sedang terjadi. Aku tak berbicara apapun kepada mereka, hanya memeluk boneka beruangku itu. Ayah dan ibu hanya tersenyum melihat tingkahku. Aku tahu, ibu membaca buku harianku.

Comments

Popular posts from this blog

Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku

Mengulas Buku Dzawin : Santri Jahil Iyah - Konsistensi dalam Komedi

Ulasan Film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta & Rangga) - Patut untuk Ditertawakan, Hah