Misteri Cinta



Malam ini, aku akan nge-galau lagi. Ditemenin, segelas teh dan Taylor Lautner , aaaaaa.  Dan jujur ini teh enaaaak banget… okay, langsung ke topik. Dari judulnya aja udah hmmmm banget, apalagi isinya pasti hmmmm boring banget hehe.  Ini nggak se-complicated judulnya kok, dan nggak semisterius judulnya. So, let’s check this out..

Jadi, postingan kali ini isinya tentang kode-kode cinta. Nggak juga sih, sebenernya cuman pingin ngingetin aja soal kode-kode itu. Kadang kode itu nggak seperti apa yang ada di bayangan kalian, atau sebutan kerennya nggak sesuai ekspektasi. Kadang ya, plis dicapslock, KADANG. Jadi nggak semua, alias cuman beberapa.

Oke gini. Saat loe jatuh cinta, bagian otak depan yang disebut korteks prefrontal yang mengatur logika menjadi tumpul. Dan sebaliknya, bagian otak yang mengendalikan emosi menguat. *Aseeeek, tumben pinter*. Dari pernyataan itu, saya menarik kesimpulan bahwa logika orang jatuh cinta itu memang agak hmmmm. Dan biasanya, orang yang jatuh cinta punya imajinasi yang sungguh luar biasa. Terkadang, atau beberapa orang, termasuk aku, tidak dapat membedakan antara fakta dan opini *lhoh*, maksudnya fakta dan emosi.

Saat aku suka sama seseorang, hal sekecil apapun yang dia lakukan ke aku, maka aku akan menganggap bahwa itu tanda dari dia bahwa ia juga suka sama aku. Misal, dia menyapa “Selamat pagi” sambil menorehkan senyum terindahnya, lalu saat nggak sengaja pandangan mata bertemu dan sebagainya. Hal-hal kecil itu efeknya sangat besar bagi orang yang lagi jatuh cinta. Yang lagi jatuh cinta itu akan berpikir bahwa “dia juga suka sama aku, buktinya dia senyum sama aku”. Padahal orang itu senyum sama semua orang. Dan ketika ada kabar kalau dia udah kepunyaan orang, saat itu baru tau, yang kemarin itu bukan apa-apa. Nothing.

But, actually, that’s okay. Itu cinta, yang KADANG nggak pake logika. Tapi banyak orang yang kecanduan dengan hal yang satu ini. Penyakit yang nggak ada obatnya, sakit yang nikmat katanya.

Tambahan info aja sih “Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2010 di Rutgers University, para peneliti mengungkap bahwa sensasi jatuh cinta mirip seperti ketagihan obat yang melepaskan euforia.

Otak melepaskan zat kimia seperti dopamin, oksitosin, adrenalin, dan vasopresin. Seorang seksolog klinis dan terapis pernikahan Kat Van Kirk, PhD. mengatakan kimia-kimia tersebut lepas melalui interaksi yang berbeda dan membantu Anda semakin dekat dengan pasangan. Seperti obat, semakin banyak waktu yang Anda habiskan bersama orang yang membuat Anda jatuh cinta, Anda akan semakin ‘ketagihan’”



Ternyata nulisnya agak complicated, bingung cara jelasinnya, soalnya aku juga nggak lagi jatuh cinta. *bohong detected*. 


Referensi :

Comments

Popular posts from this blog

Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku

Mengulas Buku Dzawin : Santri Jahil Iyah - Konsistensi dalam Komedi

Ulasan Film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta & Rangga) - Patut untuk Ditertawakan, Hah