Cinta dari Masa ke Masa

         Kali ini, aku akan cerita tentang kisah “cinta”ku yang selalu saja kandas tak berujung kebahagiaan. Well, secara teknis ini cumin cinta monyet. So, jangan terlalu serius, ambil hikmahnya ajaaa. Sudah dua kali aku jatuh cinta, dan dua kali pula aku merasakan patah hati, dan belasan kali aku menangis karena hal yang dinamakan cinta. Aseeek.

            Pertama kali jatuh cinta adalah ketika aku duduk di bangku kelas 4 SD. Bayangkan, kecil-kecil tapi mainnya udah cinta-cintaan. Saat itu aku merasakan suka pada pandangan pertama, ini serius. Aku lupa gimana rasanya waktu itu. Yang aku tahu cuma aku suka sama dia, dan aku ingin selalu ada di dekatnya, dan aku ingin jadi miliknya. Namun, nggak seperti harapan, dia udah jadi milik orang lain. Sakit sih, tapi aku nggak masalah, yang penting aku deket sama dia, ya udah cukup lah. Setelah lulus SD, aku naik ke jenjang SMP, dia juga. Tapi, kita beda SMP, namun rasa suka itu nggak berubah, awet nyampe aku kelas 2 SMP.

            Setelah 5 tahun aku berkutat dengan cinta pertama dan nggak ada hasil, akhirnya cinta itu lambat laun menghilang. Nggak lama setelah itu, aku menemukan cinta yang kedua. Ini butuh proses, enggak langsung suka pada pandangan pertama. Awalnya nggak sengaja, aku cuman sering merhatiin dia, lalu aku bilang “ah dia tampan juga”, lalu aku suka sama dia. Nggak butuh waktu lama, cukup 2 tahun aku suka dia, lalu dia udah jadi milik orang lain. Butuh satu bulan buat ngelupain dia. Satu bulan yang lumayan sulit.

            Dari dua pengalaman itu, aku memutuskan untuk tidak mencintai siapapun. Cinta dalam arti yang bisa membuat jantung deg-degan. Sulit, emang, awalnya aja sih. Dan kemudian, setelah aku banyak nonton film, baca buku dan lainnya, aku percaya kisah cinta romantik hanya bisa didapatkan dari kisah fiksi, not in real life. Lagi pula, cinta itu nggak seperti itu. Itu bukan cinta, tapi nafsu. Nafsu untuk bisa dimiliki sama dia, nafsu untuk bisa pegangan tangan sama dia, nafsu untuk memandang matanya, itu semua nafsu. Bagiku seperti itu.

            Cinta yang sebenarnya tentu saja rasa cinta kepada Allah SWT. dan kepada Nabi Muhammad Saw. Dan kita mencintai orang tua, keluarga, sahabat, teman karena Allah semata. Eeeeeaaa :v


            Segitu aja sih ceritanya, sudah kubilang diatas ambil hikmahnya aja. Jangan dibikin serius.

Comments

Popular posts from this blog

Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku

Mengulas Buku Dzawin : Santri Jahil Iyah - Konsistensi dalam Komedi

Ulasan Film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta & Rangga) - Patut untuk Ditertawakan, Hah