Takut

Hmmm, pendek sangat laah judulnya, kayaknya baru pertama kali yaa aku buat judul pendek macam gitu, hehe. Btw, sebelum aku tulis artikelnya, aku mau curhat dikit yaa. Nggak boleh nolak, readers, ini blogku :) . Saat ini adalah masa-masa liburanku, liburan UAS, lumayan lama laah satu bulan. Dan yaaah, aku nggak ngapa-ngapain. Bosen juga sih liburan kayak gini, rasanya pingin cepet-cepet kuliah. Tapi, harusnya aku nggak kaget dengan masalah liburanku yang nggak ngapa-ngapain, karena tiap masa liburan emang gini, nggak pergi kemana-mana. Cuman satu yang bisa membuat liburanku sedikit berwarna, novel. Ada 6 novel yang harus kuhabiskan dalam satu bulan. Itu mudah saja bagiku, punya banyak waktu luang seperti ini, bahkan 100 novel pun aku sanggup, sanggup untuk membaca judulnya saja, hahaha.

Oke, langsung ke artikel aja yaah.

Ada apa dengan takut? Oh, nggak ada apa-apa. Dia cuma, well, dia cuma halangan terbesar dalam hidupku. Akhir-akhir ini, aku sadar bahwa ancaman dalam hidupku adalah ketakutan dalam diriku sendiri. Rasa takut ini menghalangiku untuk melakukan hal yang berhubungan dengan rasa takut itu. Ambil contoh dari hal-hal kecil deeh.

Aku takut gelap, makanya kalau aku tidur lampu nggak pernah kumatikan. Saat gelap melanda, aku takut akan terjadi hal-hal yang tidak kuinginkan. Hal-hal yang menyeramkan akan terjadi. Tiba-tiba muncul hantu di depanku atau hal semacam itu. Itu yang membuat aku takut dengan gelap, aku nggak mau ketemu sama "mereka". Aku takut ketinggian, karena kalau aku lihat ke bawah aku hanya membayangkan hal buruk terjadi. Jatuh misalnya. Aku takut bertanya, karena aku takut kalau itu pertanyaan yang salah, aku takut kalau nanti pertanyaanku nggak bermutu dan teman-teman akan menertawakanku.

Takut, takut, takut. Semua ketakutan itu menghalangiku melakukan suatu hal, yang seharusnya aku lakukan. Takut hal buruk akan terjadi jika aku melakukan hal itu. Sangat menyebalkan.

Satu-satunya cara untuk menghilangkan sebuah ketakutan adalah melawan ketakutan itu sendiri. Takut itu muncul karena kita nggak tahu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa semua hal buruk yang kita pikirkan itu tak pernah terjadi. Aku takut ketinggian, tapi saya suka memanjat bukit di sebelah lautan, memanjat menara, naik ke lantai tertinggi di suatu gedung, dan aku nggak pernah terjatuh. Aku takut gelap, tapi saya melawannya dengan tidur di kegelapan. Dan nggak ada hantu yang muncul. See? Kuharap kalian paham maksudku.

Kau tahu, kenapa orang grogi saat pertama kali melakukan suatu hal? Saat ia mencoba melakukan hal yang baru baginya? Ya menurutku karena dia takut hal buruk akan menimpanya. Dia nggak tau yang akan terjadi. Namun, setelah tahu bahwa hal buruk yang ia pikirkan nggak pernah terjadi, ia paham, dan mulai terbiasa dengan hal baru itu. Lalu ia akan mencari hal baru lain untuk dicoba, karena ia tahu bahwa hal buruk yang ada dipikirannya itu tak pernah terjadi.

As simple as that saya melawan ketakutanku. Rasa takutku muncul karena aku berpikiran buruk tentang yang akan terjadi jika aku melakukan hal itu. Makanya saya selalu percaya, bahwa hal buruk itu tak pernah terjadi, karena nyatanya memang begitu.

So, jangan takut buat nyoba hal-hal baru :)



p.s. : btw, aku masih takut ketinggian dan kegelapan, wkwkwk

Comments

Popular posts from this blog

Hiks, Kupikir Kau Naksir Aku

Mengulas Buku Dzawin : Santri Jahil Iyah - Konsistensi dalam Komedi

Ulasan Film Milly & Mamet (Ini Bukan Cinta & Rangga) - Patut untuk Ditertawakan, Hah